Friday, 8 July 2016

MARRIAGE 34: KEKASIH HIDUPKU

Istri Rick Warren yang bernama Kay menderita kanker. [Rick adalah pengarang buku “Purpose Driven Life” atau “Hidup yang digerakkan oleh tujuan.”] Rick menulis sebuah surat setiap hari melalui websitenya, dan ini adalah isi suratnya baru-baru ini.


“Banyak di antara Anda yang bertanya mengenai kemajuan Kay dalam hal pengobatan kankernya, jadi kami ingin memberikan laporan perkembangan. Kami sudah sedikit melewati ½ dari periode 12 minggu perawatan kemo. Kemarin Kay baik-baik saja di rumah sakit sampai efek kemo menyerangnya, dan dengan segera kondisi Kay menjadi buruk. Ia merasa mual. Sisa hari itu terasa sangat berat sementara para perawat berusaha mengurangi rasa sakitnya.


Hari ini, Kay merasa kelelahan akibat semua obat yang telah diberikan kepadanya. Ia juga mengalami rasa mual yang diakibatkan oleh kemo. Saya tidak memperbolehkan satu orang tamu pun untuk menjenguk sehingga ruangan Kay menjadi sunyi selama beberapa jam. Semakin sedikit tamu yang datang, semakin baik hal itu bagi Kay. Selain merawat Kay dengan hal-hal mendasar yang dibutuhkannya, saya hanya duduk diam, berpikir mengenai banyak hal, dan berterimakasih kepada Tuhan atas istri saya dan penciptaan Tuhan akan pernikahan yang luar biasa. Dengan semua hal-hal yang sifatnya naik dan turun dan di dalam “keadaan sakit dan sehat”, saya percaya bahwa pernikahan adalah alat utama Tuhan untuk mengajarkan kepada kita mengenai ketidakegoisan, kepekaan, pengorbanan dan kasih yang dewasa.

Saya ingin berterimakasih atas semua doa-doa Anda bagi Kay. Istri saya adalah kekasih dalam hidup saya, dan inilah yang Tuhan ingin untuk dilakukan oleh keluarga – saling merawat satu sama lain ketika dibutuhkan, bahkan ketika hal itu berarti bahwa Anda harus mengurangi pelayanan Anda untuk satu musim. Saya ingin semua suami yang berada di dalam pelayanan untuk melakukan hal yang sama jika mereka mengalami situasi seperti ini di dalam keluarga mereka. Tuhan memberkati kita ketika kita menjaga komitmen kita kepada satu sama lain.
 

Thursday, 7 July 2016

MARRIAGE 32: BERBAGI KOMITMEN

Masa pacaran Billy Graham bisa dibilang tidak romantis.  Daripada memberikan Ruth Bell bunga mawar, dia malah memberikan pil vitamin.  Daripada membawa dia menari di bawah bintang-bingang, dia malah memaksa Ruth untuk berolah raga.  Namun Ruth malah tertarik kepada Billy Graham.  "Waktu saya kembali dari pertemuan pertama," Ruth menceritakan, "saya ingat kalau saya berkata kepada Tuhan, 'Jika Engkau mengijinkan saya menghabiskan hidup saya dengan pria ini, ini akan menjadi suatu kehormatan yang paling besar yang bisa saya bayangkan."

Doa Ruth dijawab Tuhan.  Di Montreat Presbyterian Church di North Carolina, pada tanggal 13 Agustus 1943, putri dari seorang misionary menikahi seorang pendeta yang berumur 24 tahun yang dia temui di Wheaton Bible College.  Keesokan harinya Ruth bangun dan menemukan kalau suaminya tidur di lantai. "Ayah berpikir kalau ranjangnya terlalu empuk atau mungkin ada alasan lain," kata anaknya Gigi Tchividjian-Graham.  "Tetapi ibu saya kaget."  Selama lima dekade, Ruth menghabiskan banyak malam hari di ranjangnya dengan sendirian, seringkali tidur dengan jaket wol suaminya, sementara Billy Graham, membawa pesan rohani ke seluruh dunia.

Setelah pernikahannya, pasangan ini memulai pelayanan di kota Western Spring di luar Chicago.  Mereka begitu miskin sehingga secarik kain satin berwarna merah dipakai untuk membungkus bola lampu untuk dijadikan seperti tempat api unggun.  Seiring dengan meningkatnya kesibukan Billy Graham, tingkat perjalanannya juga meningkat, dan banyak meninggalkan Ruth untuk membesarkan kelima anaknya.  Ruth berkata, "Saya lebih baik memiliki sedikit dari Billy daripada banyak dari pria lain."

Keinginan untuk membangun sebuah rumah untuk suaminya, Ruth membangun satu rumah kayu di atas lahan 150 acres di Montreat pada tahun 1954.  Graham selalu kembali ke sana setelah setiap kebaktian kebangunan rohani.  "Setiap kali mereka berkumpul bersama, rasanya seperti bulan madu," kata Gigi.  "Mereka berbagi banyak kasih sayang.  Inilah yang meyakinkan saya."  Komitmen mereka begitu nampak bagi setiap orang.  "Bill selalu bangkit berdiri begitu Ruth masuk ke ruangan," kata penulis buku biography Graham, William Martin.  Billy Graham menambahkan, "Anda tahu, kami masih saling jatuh cinta."  Keintiman mereka dibatasi oleh banyak komplikasi yang diakibatkan oleh umur yang sudah menjadi tua.  Billy mengidap penyakit Parkinson, dan Ruth mengalami gangguan akan tulang belakangnya.  Mereka menghabiskan banyak waktu di rumah, di kursi yang berdampingan, di depan tempat api unggun.  "Mereka tidak ingin dipisahkan oleh banyak jarak," kata Gigi.  "Mereka seperti baru mengenai satu dengan yang lain di situ."

"Apa yang anda lihat adalah seorang pribadi dengan berkepala dua,"  kata teman mereka, penyanyi Pat Boone, "Mereka saling berbagi komitmen mereka."