Thursday 7 July 2016

MARRIAGE 32: BERBAGI KOMITMEN

Masa pacaran Billy Graham bisa dibilang tidak romantis.  Daripada memberikan Ruth Bell bunga mawar, dia malah memberikan pil vitamin.  Daripada membawa dia menari di bawah bintang-bingang, dia malah memaksa Ruth untuk berolah raga.  Namun Ruth malah tertarik kepada Billy Graham.  "Waktu saya kembali dari pertemuan pertama," Ruth menceritakan, "saya ingat kalau saya berkata kepada Tuhan, 'Jika Engkau mengijinkan saya menghabiskan hidup saya dengan pria ini, ini akan menjadi suatu kehormatan yang paling besar yang bisa saya bayangkan."

Doa Ruth dijawab Tuhan.  Di Montreat Presbyterian Church di North Carolina, pada tanggal 13 Agustus 1943, putri dari seorang misionary menikahi seorang pendeta yang berumur 24 tahun yang dia temui di Wheaton Bible College.  Keesokan harinya Ruth bangun dan menemukan kalau suaminya tidur di lantai. "Ayah berpikir kalau ranjangnya terlalu empuk atau mungkin ada alasan lain," kata anaknya Gigi Tchividjian-Graham.  "Tetapi ibu saya kaget."  Selama lima dekade, Ruth menghabiskan banyak malam hari di ranjangnya dengan sendirian, seringkali tidur dengan jaket wol suaminya, sementara Billy Graham, membawa pesan rohani ke seluruh dunia.

Setelah pernikahannya, pasangan ini memulai pelayanan di kota Western Spring di luar Chicago.  Mereka begitu miskin sehingga secarik kain satin berwarna merah dipakai untuk membungkus bola lampu untuk dijadikan seperti tempat api unggun.  Seiring dengan meningkatnya kesibukan Billy Graham, tingkat perjalanannya juga meningkat, dan banyak meninggalkan Ruth untuk membesarkan kelima anaknya.  Ruth berkata, "Saya lebih baik memiliki sedikit dari Billy daripada banyak dari pria lain."

Keinginan untuk membangun sebuah rumah untuk suaminya, Ruth membangun satu rumah kayu di atas lahan 150 acres di Montreat pada tahun 1954.  Graham selalu kembali ke sana setelah setiap kebaktian kebangunan rohani.  "Setiap kali mereka berkumpul bersama, rasanya seperti bulan madu," kata Gigi.  "Mereka berbagi banyak kasih sayang.  Inilah yang meyakinkan saya."  Komitmen mereka begitu nampak bagi setiap orang.  "Bill selalu bangkit berdiri begitu Ruth masuk ke ruangan," kata penulis buku biography Graham, William Martin.  Billy Graham menambahkan, "Anda tahu, kami masih saling jatuh cinta."  Keintiman mereka dibatasi oleh banyak komplikasi yang diakibatkan oleh umur yang sudah menjadi tua.  Billy mengidap penyakit Parkinson, dan Ruth mengalami gangguan akan tulang belakangnya.  Mereka menghabiskan banyak waktu di rumah, di kursi yang berdampingan, di depan tempat api unggun.  "Mereka tidak ingin dipisahkan oleh banyak jarak," kata Gigi.  "Mereka seperti baru mengenai satu dengan yang lain di situ."

"Apa yang anda lihat adalah seorang pribadi dengan berkepala dua,"  kata teman mereka, penyanyi Pat Boone, "Mereka saling berbagi komitmen mereka."


No comments:

Post a Comment