Salah satu hal yang suka saya lakukan adalah menghampiri turis yang sedang membuka map sepertinya kehilangan arah dan tersesat. Saya suka bertanya kepada mereka apakah ada yang bisa saya bantu, dan saya ingin menolong mereka dengan memberikan arah untuk mereka sampai kepada tujuan mereka. Sebaliknya, pada waktu saya tersesat dan kehilangan arah di luar negeri, suatu hal yang menyenangkan jika tiba-tiba ada seseorang datang menghampiri saya dan membantu saya dengan menunjukkan arah yang harus saya tuju.
Dalam salah satu bukunya, Elisabeth Elliot menceritakan dua orang petualang yang datang bertemu dengan dia, dengan segala perlengkapan untuk bertualang menjelajahi hutan rimba di daerah Andes. Mereka tidak menanyakan petunjuk kepada siapa-siapa dan mereka hanya dibekali dengan beberapa kalimat dan kata-kata dari penduduk Indian yang tinggal di sana.
Elisabeth Elliot menulis, "Seringkali kita datang kepada Tuhan, seperti dua petualang yang datang kepada saya - penuh percaya diri dan berpikir cukup mampu dan cukup persiapan. Tapi pernahkah mereka berpikir kalau mereka memerlukan seseorang yang bisa menunjukkan jalan untuk bisa mencapai tujuan mereka? Yang mereka perlukan adalah seorang penunjuk jalan. Map, petunjuk jalan, perbendaharaan kata adalah bagus, tetapi alangkah baiknya kalau mereka mempunyai seseorang yang tahu jalan dan pernah melaluinya."
Seringkali dalam kehidupan kita, kita bertindak seperti kedua petualang tersebut, dengan penuh keyakinan akan rencana dan kemampuan kita. Tapi biarlah kita meminta petunjuk kepada Tuhan yang tahu yang terbaik dan mengetahui masa depan kita. Pada waktu kita meminta petunjuk dan hikmat kepadaNya akan setiap rencana kita, Dia tidak hanya akan memberikan petunjuk saja, tetapi Dia akan berjalan bersama dengan kita untuk mencapai tujuanNya. God bless...
"Hati manusia memikir-mikirkan jalannya, tetapi Tuhanlah yang menentukan arah langkahnya" (Amsal 16:9)
No comments:
Post a Comment