Waktu anak saya yang pertama diberikan dua mainan yang cukup mirip bentuknya, saya meminta dia untuk memberikan salah satu mainannya untuk adiknya. Sebelumnya saya sudah mengajarkan kepadanya mengenai sacrifice/pengorbanan, contohnya dengan memberikan yang terbaik untuk orang lain. Rupanya waktu anak saya memberikan kepada adiknya, dia memberikan yang lebih jelek dan yang warnanya tidak dia sukai.
Melihat apa yang dia lakukan saya mulai berbicara lagi dengan dia mengenai pengorbanan, dan saya menjelaskan kalau pengorbanan itu berarti rela memberikan apa yang terbaik dan apa yang kita inginkan atau sukai. Pengorbanan bukan memberikan apa yang tidak kita sukai, atau yang sudah jelek dan rusak.
Waktu saya mengingat kejadian tersebut, saya juga berpikir apakah saya suka melakukan hal yang sama kepada Tuhan. Kita berpikir kalau kita sudah berkorban untuk Tuhan, tetapi ternyata apa yang kita berikan kepadaNya bukanlah yang terbaik, malah kita memberikan sesuatu yang tersisa dan yang sudah tidak kita inginkan. Waktu kita berkomitmen kepada Tuhan, marilah kita memberikan yang terbaik bagiNya: waktu kita, kemampuan kita, tenaga kita, dan yang terutama, hidup kita.
"Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihati kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadah yang sejati." (Roma 12:1)
No comments:
Post a Comment